Peran Spekulan


Sungguh kasihan para spekulan. Selalu diberi dan menyandang konotasi yang tak nyaman. Sebagian orang bersikap mendua terhadap spekulan: benci tapi rindu. Sebagian lagi lebih ekstrim: mencibir dengan tuduhan bahwa spekulan adalah orang yang serakah, bahkan penjudi.

Kamus Longman (1990) dengan penuh keraguan menggambarkan kegiatan spekulasi, sebagai upaya menyimpulkan sesuatu tanpa didukung fakta yang bisa menuntun ke arah hasil yang pasti. Kamus Oxford (1996) memberikan batasan sebagai "to form a theory or conjecture without a firm factual basis". Kamus Webster (1991) memberikan definisi yang lebih praktis bagi bidang investasi; Spekulasi adalah kebranian mengambil risiko yang besar karena didorong oleh harapan akan keuntungan yang besar pula.

Definisi apapun yang Anda ambil, di bidang ekonomi - khususnya investasi - para spekulan memainkan peran yang amat kritikal. Coba simak: Siapa yang berani menenamkan milyaran - bahkan triliunan - rupiah untuk kegiatan eksplorasi barang tambang? Jawabannya tidak bisa meleset: spekulan! Siapa yang berani menghabiskan uang dan hidupnya untuk melakukan riset laboratorium dalam upaya menemukan obat sakit kanker atau aids? Jawaban apapun yang Anda berikan akan memenuhi kriteria seorang spekulan. Dengan batasan demikian, nyaris semua inovasi dan penemuan besar lahir dari tangan para spekulan.

Penjudikah spekulan? Sebelum menghakimi, ada baiknya kita perhatikan sejenak argumen Lee Stern; "I'm not a gambler, …….I'm a speculator. Here's the difference. In gambling, you create the risk. In speculating, you assume the risk" Kehidupan manusia, setidaknya di dunia, menghadapi ketidak-pastian. Karena itu setiap keputusan pasti mengandung unsur risiko. Tidak ada seorang pun yang mampu meniadakan risiko itu, dan karena itu tak seorang pun bisa menghindarkan diri dari risiko, kecuali bila ia berhenti hidup. Jadi mengelola risiko berbeda jauh dengan judi. Judi adalah secara artifisial menciptakan risiko yang sebenarnya tidak ada, sementara mengelola risiko merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

Bayangkan mekanisme pasar modal. Mobilisasi dana untuk tujuan ekspansi atau mengubah struktur modal perusahaan, telah selesai begitu pasar perdana selesai. Emiten telah mendapatkan dana yang diperlukan dan pemodal telah melakuklan investasi dengan membeli saham. Lalu kenapa harus ada bursa atau pasar sekunder, yang secara terang-terangan mengundang peran spekulan? Argumennya sangat sederhana dan jelas: bursa memberikan likuiditas terhadap instrumen saham. Hanya perdagangan yang likuid yang memungkinkan terebentuknya harga yang wajar dan fair. Hanya dengan proses pembentukan harga yang wajar suatu pasar modal bisa berfungsi. Di pasar modal, tingkat aktivitas pasar primer ditentukan oleh kinerja pasar sekunder. Keputusan untuk go publik, digiring oleh trend yang ada di pasar sekunder. Singkatnya: Pasar modal tidak mungkin bisa berjalan tanpa spekulan!

Dalam perdagangan derivatif, sebutlah perdagangan kontrak berjangka, futures, kesan spekulatif itu lebih nyata terlihat. Perdagangan futures adalah zero sum game. For every winner, there is a loser. For everyone sells it short, somebody else will holds it long. The aggregate gains and losses net to zero. The aggregate profit enjoyed by winners must be equal to aggregate losses suffered by the losers. Lalu buat apa mengakomodasikan kegiatan kejam semacam itu?

Dalam kacamata pencari lindung nilai, hedgers, perdagangan kontrak berjangka berfungsi sebagai asuransi yang melindungi mereka dari risiko fluktuasi harga. Kepentingan komersial mereka yang terbesar adalah menjamin stabilitas pendapatan atau biaya. Dengan motif demikian, para hedgers tidak mencari laba dari kontrak berjangka, bahkan mereka bersedia membayar premi asal terlindung dari gerak harga yang tidak menguntungkan.

Pada ujung yang lain para spekulan melakukan jual beli kontrak berjangka untuk tujuan mencari keuntungan. Mereka bersedia memikul risiko harga dengan harapan memperoleh keuntungan dari fluktuasi tersebut. Mereka, para spekulan itu, seringkali tidak memiliki kepentingan komersial terhadap underlying assets yang menjadi subjek perdagangan derivatif. Mereka memang mencoba mengekploitasi anomali pasar jangka pendek. Tapi coba lihat peran yang mereka pikul: Pertama, tanpa spekulan - yang berani memikul risiko - transfer risiko tidak bisa jalan. Dus, spekulan lah yang menyediakan sarana lindung nilai terhadap fluktuasi harga. Kedua, spekulan adalah liquidating creator. Tanpa kehadiran spekulan, suatu pasar akan sangat tidak likuid. Pada pasar yang tidak likuid, bukan saja proses risk shifting terganggu, harga yang terbentuk pun menjadi tidak reliable dan potensi manipulsai terbuka lebar. Akhirnya, seorang spekulan sedikit banyak berfungsi sebagai stabilisator, karena ia menyerap ekses permintaan dan penawaran yang diciptakan oleh para hedgers dalam upaya mereka mencari lindung nilai. Dijumlahkan: Siapa bilang spekulan tak layak dapat bintang?

by Hasan Zein Mahmud

0 Comments:

Post a Comment

<< Home